Tuesday, November 6, 2007

investigative reporting

Memang mengagetkan saat orang yang kita kenal baik ternyata terlibat korupsi. Atau tertuduh. Ada rasa kaget, sedih, juga gembira sedikit, sebab ada satu lagi kemunafikan dan ketidakadilan terkuak. Dan yang paling penting, satu hak kita untuk tahu, kemana uang pajak yang selama ini kita bayar itu dipenuhi. Kasus yang menimpa orang yang kita kenal ini yang paling substansi bisa menjadi cermin, bahwa begitu kompleksnya manusia dan bukan nggak mungkin kita bisa melakukan hal yang sama.

Tapi yang paling penting apa yang harus saya lakukan menyikapi ini?
Ada berbagai pilihan, saya ikut bergerumbul orang banyak dan ikut-ikutan merutuki orang yang korupsi tanpa bercermin pada diri saya sendiri.
Atau sebagai konsekuensi dari pekerjaan, saya akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dan menentukan sikap.

Atau kalau saya cukup digdaya, saya akan melakukan investigative reporting. Salah satu fungsi dari media yang menurut saya cukup tajam. Targetnya adalah menemukan bukti fisik yang cukup menunjang ucapan "sumber-sumber" yang membocorkan bahwa A, B, C terlibat korupsi.
Uang bagaimanapun akan terlihat jejaknya. Kemana mengalirnya dan bagaimana. Dimanapun pasti akan ada sisa dan baunya. Apalagi yang nilainya milyaran rupiah.

Kasus-kasus korupsi di Indonesia dan penguakan media mengingatkan saya pada skandal watergate yang menjatuhkan presiden Nixon 1972,
Saat itu Bob Woodward and Carl Bernstein mendapatkan sumber strategis di pemerintahan yang membocorkan keterlibatan Nixon dalam penyuapan dan penyadapan kantor2 partai dan pemerintahan. Tapi tak cukup dengan kata2 sumber, duo itu banting tulang mencari bukti fisik untuk membuktikan ucapan Deep Throat, dan itu berhasil.

Tapi sayangnya saya hanyalah seseorang yang bekerja di sebuat biro kantor berita kecil, yang melihat Indonesia selalu dengan gambar besar. Saya tidak bisa memfokuskan satu kasus kecuali memang melibatkan uang2 milik publik tempat saya bekerja. Makanya saya punya ini, untuk bilang pada teman2 yang bisa melakukan investigative reporting untuk jangan berhenti pada satu sumber. Jihad teman2 adalah mendapatkan bukti fisik. Disitulah semua fakta akan berbicara.

3 comments:

Anonymous said...

Sis, yang kamu maksud berita "itu" yang belum lama ini 'kan? Aku juga belum bisa melakukan laporan investigatif. Setiap hari diuber-uber untuk mengisi halaman. Kalo usul investigasi, masih dikesampingkan.

the writer said...

iya san. berita yang menyebutkan kalau SP, seasoned diplomat itu terlibat dalam korupsi. yang aku sesalkan sebenarnya Tempo, kenapa dia cuma hit and run dan nggak meneruskan investigasinya.. kalau cuma berdasarkan satu sumber aja, dan minim bukti fisik.. kualitas tempo aku pertanyakan?

Anonymous said...

Aku ketemu teman kita, wartawan koran tempo itu dan aku menanyakan berita itu. Dia bilang dia tidak tahu menahu, itu orang majalah yang buat. Dan ketika aku bilang aku tidak akan membuat berita seperti itu kalau aku tidak pegang bukti-buktinya. Atau tiba-tiba mengajukan pertanyaan konfirmasi kasus itu kepada menteri misalnya. Teman kita itu mendukung, jangan deh, katanya. Lho? aku jadi heran. Sebenarnya tuduhan itu berdasar ato tidak ya?